Sejarah Desa Kalukubula
Foto : Bersama Tupu Tihaya
Sejarah Singkat Desa
Kalukubula
Pada zaman dahulu ada
seorang pemburu, ia mengejar buruaannya yang diduga sudah pergi menuju sebuah
bukit disebeh timur, yaitu bukit Silonga, karena sudah lama dan sudah jauh ia
mengejar, akhirnya pemburu itu tidak mau lagi meneruskan pengejarannya. Ia
menyuruh orang Silonga untuk mengejar binatang buruannya itu.
Ada 2 orang silonga
jagoan yang bersedia mengejar buruan tadi, seorang diantaranya bernama Lanoa,
melalui hutan belantaran namun keduanya tidak pernah merasa lelah. Tidak akan
puas rasanya kalau mereka tidak menemukan binatang buruan itu. Dengan tidak
disangka-sangka mereka tiba pada sebuah padang belantara, disitulah mereka
sempat melihat jejak binatang buruan, lalu pengejaran dilanjutkan terus.
Setelah Lanoa, dari jarak jauh melihat binatang buruan itu sedang beristirahat dibawah
pohon kayu, lalu disiapkannya tombaknya, sekali tombak saja robohlah binatang
buruan itu.
Binatang buruan itu
mereka bawa kesuatu tempat dibawah sebatang pohon kayu besar yang sangat
tinggi, Lanoa asyik memperhatikan pohon yang tinggi itu, ia melihat dibawah pohon
itu banyak sekali tumbuh kayu-kayu kecil yang hampir serupa dengan pohon itu.
“Apa namanya pohon ini ?” Tanya Lanoa , “Saya tidak tahu, “ jawab temannya.
Mereka merasa heran sekali melihat jenis kayu itu. Lanoa ingin memakan buahnya
tetapi ia takut jangan –jangan membahayakan, namun demikian ia mencoba meminum
airnya. Rasanya enak, air buah itulah yang menjadi air minumnya, karena belum
puas mereka mencoba pulah memakan dagingnya yang putih warnanya, akhirnya Lanoa
menamakan buah itu “ Kalukubula “.
Karena tertarik akan
tempat itu, maka kedua orang itu tidak mau lagi pulang ke kampungnya di Silonga.
Di lembah yang sangat luas yang mereka namakan “Kalukubula “ itu, mereka mulai
membuka kebun. Sisa bekal dari Silonga berupa setongkol jagung, mereka tanam dikebun
yang baru dibuat itu.
Dari jauh disebelah
timur, yaitu orang Lando melihat asap
api mengepul dilembah itu, seorang diantaranya bernama Ravulando berkata : “Coba
lihat disebelah barat dilembah itu, ada asap api, tentu ada orang disana.”
Jawab temannya : “Saya kira benar apa yang kau katakan itu.” Karena mereka yakin
maka kedua orang Lando itu segera berangkat menuju lembah sumber asap api itu.
Setibanya disana, Lanoa
terkejut sambil bertanya : “Siapa gerangan kalian ini.” Jawab orangitu :”Kami
berasal dari Lando.” Lanoa menjelaskan bahwa mereka datang ditempat itu karena
mengejar babi buruan orang Mantendo (Pakuli). Dikatakannya bahwa pemburu itu tidak mampu
lagi mengejar buruannya karena sudah lelah. Lanoa menambahkan bahwa buruan
orang Pakuli itu datang di Silonga lalu dikejar terus oleh Lanoa dan temannya
sampai di lembah itu sehingga terbunuh dan dagingnya telah dimakan pula oleh
Lanoa dan temannya.
Kemudian orang Tara dari sebelah
utara, seorang diantaranya bernama Tadabia, dan kemudian orang Pulu dari
sebelah barat, seorang diantaranya bernamaTorivatu, kedatangan mereka karena
alasan yang sama disebabkan karena melihatasap api mengepul di lembah itu. Jadi
ada 8 orang penghuni lembah “Kalukubula” yaitu yang berasal dari Silonga, Lando,Tara
dan Pulu. Mereka mulai membuka tanah kebun dan ladang. Karena orang Silonga yang
pertama datang ditempat itulagipula dianggap sebagai penghuni pertama, maka
telah disepakati bersama bahwa merekalah yang menentukan luas tanah yang akan
dikerjakan oleh setiap orang. Jadi Lanoa dan seorang lagi temannya itu yang
berhak menentukan luas tanah yang akan dibuat kebun atau ladang.
Lama kelamaan
berdatanganlah orang-orang dari tempat yang jauh sehingga lembah itu menjadi
padat penduduknya. Setiap penghuni yang baru datang diharuskan memberitahukan
pada orang Silonga, orang Silonga itulah yang akan menunjukan tempat atau tanah
di sebelah mana yang akan mereka kerjakan sebagai kebun. Dengan demikian setiap
orang tidak bebas memilih tanah yang akan dibuatkebun. Nama “Kalukubula “
diambil dari bahasa Ledo / Kaili, Kaluku berarti Kelapa dan Bula berarti Putih. Jadi“
Kalukubula” artinya Kelapa Putih.
Sumber : Tutura TUPU TIHAYA
February 13, 2025
|
Labels:
Tutura
|
0 comments:
Post a Comment